Mari kita belajar dari
detik-detik yang kita lalui. Sepersekian detik sangat memiliki arti yang sangat
dalam bagi mereka yang berada dalam kondisi menegangkan. Seperti saat seorang ibu
melahirkan bayi, selamat dari suatu musibah, orang-orang yang berjuang menguras
keringat demi keluarganya, seorang anak yang berusaha meraih prestasinya untuk
menjadi kabar yang menggembirakan bagi kedua orang tuanya, saat orang mencari
peruntungan, ataupun orang yang sedang dalam masa sakit kritis dan semacamnya. Sehingga membuat orang
tersebut memiliki rasa syukur yan sangat dalam kepada Tuhan karena telah diberi
sesuatu seolah-olah suatu mukjizat yang sangat besar. Itulah keadaan saat orang
mengalami kejadian yang menegangkan, mencekam, menakutkan. Bagaimana dengan
orang-orang yang masih terbuai dalam kesenangannya, keberuntungannya,
kebahagiannya? Itulah anugerah sekaligus tantangan yang patut dihadapi.
Tentunya kedua hal yang telah saya bahas sebelumnya sudah menjadi bahan pokok
dalam pikiran kita. Tetapi mengapa kita seolah-olah melupakannya? Padahal
itulah energi yang maksimum dalam menyuplai dan meng-upgrade otak kita.
Tindakan yang harus kita lakukan dari
permasalahan pada paragraf pertama adalah memaafkan diri sendiri dan orang lain
atas kesalahan diri kita baik yang kita lakukan pada diri kita sendiri maupun
kepada orang lain. Jika kita sanggup mengurutkan kejadian yang pernah kita
alami, kita akan tersenyum, menangis, tertawa sendiri, bahkan kita merasa malu dengan
diri kita sendiri. Betapa anehnya diri kita. Tetapi untuk apa kita melihat
kembali ke belakang untuk melihat masa lalu kita yang sudah tidak terang oleh
cahaya, padahal di depan kita cahaya terang telah menuntun kita menuju masa
depan. Ada satu hal yang perlu menjadi pedoman kita yaitu masa lalu kita
biarlah menjadi masa yang gelap, tetapi tidak lupa untuk menjadikan bumbu masa
lalu untuk racikan masa depan kita.
Racikan ataupun formula masa
depan kita akan terbentuk dengan kita memahami, menghayati, merenungkan,
memikirkan, mengilhami, memfokuskan, dan tentunya tidak lupa untuk
mengikhtiarkannya. Sejalan dengan usaha tersebut yang terpenting adalah
mensyukuri yang telah Allah berikan. Entah bagaimana Anda melakukannya, itu
semua tergantung dengan cara Anda. Kita bisa
bersyukur dengan mengucapkan Alhamdulillah, sujud syukur, meningkatkan kualitas
ibadah, meningkatkan kualitas diri kita, lebih termotivasi untuk melakukan yang lebih
baik. Sebab orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah golongan orang
yang beruntung dan mendapatkan kenikmatan yang lebih besar dari jalan yang
tidak diduga-duga yang kita tidak mampu untuk melogikanya. Yang terpenting
adalah rasa syukur yang tulus dari hati kita.
Kunci dari semua itu adalah bersyukur,
saat kita mendapat kesedihan ataupun kesenangan. Janganlah kita terlarut dalam
kesedihan yang tiada berujung ataupun kesenangan yang mengalir deras. Sehingga
kita harus waspada dengan diri kita yang labil. Sebenarnya kehidupan yang kita
jalani adalah sangat sesuai dengan yang kita impikan. Hanya pikiran kita saja
yang menghalangi kreativitas kita. Sebab yang membuat kita merasa sedih atau
senang adalah pikiran kita yang terbiasa dengan kata-kata itu. Sebagai seorang
manusia, kita buka gerbang kreativitas kita karena di dalamnya banyak sekali
inspirasi yang mengalir deras.